Kuota Dikurangi, Gas Melon Menghilang dari Pangkalan hingga Warung
- id.pinterest.com
VIVATechno – Kelangkaan gas LPG 3 kilogram atau gas melon yang terjadi di berbagai wilayah Jakarta belakangan ini membuat resah pedagang kecil dan masyarakat umum.
Sejumlah pedagang di kawasan Palmerah, Jakarta Selatan mengaku kesulitan mendapatkan pasokan gas melon selama berminggu-minggu.
Amron, pemilik Warung Madura di Jalan Kompleks Anggaran, Kemanggisan mengatakan sudah sebulan tidak mendapatkan pasokan gas melon.
Biasanya ia bisa menjual 20 hingga 22 tabung gas per hari dengan harga Rp 20.000 per tabung.
Hal serupa dialami Samidi, pedagang gorengan di kawasan Kemanggisan Ilir, Palmerah yang terpaksa tidak berjualan karena kesulitan mendapatkan gas melon.
Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta, Hari Nugroho mengungkapkan penyebab utama kelangkaan ini adalah pengurangan kuota LPG 3 kg bersubsidi pada tahun 2025.
Kuota elpiji subsidi untuk Jakarta tahun ini hanya sebesar 407.555 metrik ton, menurun dari realisasi penyaluran tahun 2024 yang mencapai 414.134 metrik ton.
Penurunan kuota ini mengakibatkan perubahan dalam mekanisme distribusi gas bersubsidi.
Lonjakan permintaan dan penyesuaian distribusi pada libur nasional juga turut mempengaruhi kondisi pasokan gas melon.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia membantah adanya kelangkaan gas melon.
Menurutnya, yang terjadi adalah pembatasan pembelian untuk memastikan distribusi yang lebih merata dan tepat sasaran.
Pemerintah mengalokasikan subsidi LPG lebih dari Rp 80 triliun yang harus dipastikan diterima oleh masyarakat yang berhak.
Mulai 1 Februari 2025, pemerintah melarang penjualan gas melon secara eceran.
Masyarakat hanya bisa membeli gas bersubsidi di pangkalan resmi yang terdaftar di Pertamina.
Kebijakan ini bertujuan menjamin pasokan gas melon dan memastikan harga jual sesuai ketentuan yang berlaku.****