Mengapa Apple Masih Bertahan Produksi di China? Ini Alasannya

Valuasi Pasar Apple
Sumber :
  • id.pinterest.com

VIVATechno – Apple Inc., raksasa teknologi asal Amerika Serikat, hingga kini masih menjadikan China sebagai pusat utama produksi perangkat ikonik seperti iPhone, iPad, MacBook, dan berbagai aksesori lainnya. 

5 Rekomendasi Ponsel Snapdragon 2 Jutaan Terbaik 2025, Cocok Buat Gaming dan Harian

Di tengah ketegangan geopolitik dan pandemi global, keputusan ini tetap dipertahankan oleh Apple dengan alasan strategis dan ekonomis yang kuat.

1. Efisiensi Biaya dan Kapasitas Produksi Besar

Mau HP dengan Stabilisasi Optik dan Telefoto 50MP? Tecno Camon 19 Pro Jawabannya!

Meskipun biaya tenaga kerja di China meningkat dalam dekade terakhir, biaya produksi masih jauh lebih rendah dibanding negara-negara Barat. 

Ini memungkinkan Apple untuk memproduksi perangkat dalam jumlah besar tanpa harus menaikkan harga jual terlalu tinggi.

Mau HP dengan 4 Kamera dan Video 4K? Redmi Note 12 Pro 4G Pilihannya!

Dua mitra utama Apple, Foxconn dan Pegatron, memiliki kapasitas produksi raksasa yang mampu mengoperasikan sistem kerja tiga shift 24 jam non-stop. 

Artinya, permintaan global yang tinggi tetap bisa dipenuhi tanpa kendala berarti.

2. Infrastruktur Maju dan Dukungan Pemerintah

China punya infrastruktur manufaktur dan logistik yang sangat efisien. Pemerintah juga memberikan berbagai insentif dan dukungan kepada perusahaan multinasional seperti Apple.

Dengan akses bahan baku yang mudah dan rantai pasok yang tertata rapi, proses produksi Apple di China menjadi lebih cepat dan murah, menjaga margin keuntungan tetap tinggi.

3. Upaya Diversifikasi ke India dan Vietnam

Meski dominasi China belum tergantikan, Apple sudah mulai memindahkan sebagian kecil produksinya ke negara lain, seperti India dan Vietnam. 

Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan dan merespons risiko geopolitik serta gangguan rantai pasokan.

Contohnya, pada 2023 Apple mulai merakit beberapa iPhone di India lewat mitra seperti Wistron dan Tata. 

Namun, lebih dari 90% iPhone dunia masih dirakit di China—menunjukkan bahwa transisi ini masih dalam tahap awal.

4. Tantangan dan Risiko Global

Ketergantungan pada China tetap membawa risiko, terutama terkait:

• Ketegangan dagang antara AS dan China, yang bisa berdampak pada tarif dan biaya logistik.

• Gangguan rantai pasokan, seperti yang terjadi selama pandemi COVID-19.

• Ancaman ketidakstabilan geopolitik, yang bisa memengaruhi keberlanjutan bisnis jangka panjang.

Kesimpulan

Meski mulai melirik India dan Vietnam, Apple masih menggantungkan mayoritas produksinya pada China karena efisiensi biaya, skala produksi, dan infrastruktur pendukung. 

Di tengah ketidakpastian global, Apple harus pintar menyeimbangkan efisiensi dengan strategi mitigasi risiko, agar tetap kompetitif di pasar global yang terus berubah.