Amazon Memberikan Gambaran Pekerjaan Manusia di Dunia yang Dipenuhi Robot AI
- Amazon
VIVATechno – Seiring semakin cepatnya integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam berbagai industri, muncul satu pertanyaan besar yaitu, di mana posisi manusia dalam semua ini? Bagi Amazon, jawabannya mungkin terletak di antara "tidak terlalu dibutuhkan" dan "bekerja berdampingan dengan robot."
Dilansir dari laman Amazon yang baru saja memperkenalkan inovasi robotik terbarunya, Vulcan — sebuah robot gudang yang diklaim mampu merasakan benda. Robot ini dirancang untuk mengambil alih tugas-tugas fisik yang berat seperti mengambil barang dari rak tertinggi atau terendah, sehingga mengurangi risiko cedera pada pekerja manusia.
“Vulcan membantu menciptakan pekerjaan yang lebih aman... sekaligus membuka peluang bagi rekan-rekan kami untuk mengembangkan keterampilan di bidang perawatan robotik,” ujar — Andy Jassy, CEO Amazon
Namun, pengumuman ini bukan hanya soal teknologi robotik yang lebih canggih. Amazon juga memberikan sinyal tentang arah baru bagi para pekerjanya — terutama staf gudang — agar bisa dialihkan ke peran-peran baru dalam era otomasi.
Saat robot seperti Vulcan mengambil alih sebagian besar pekerjaan pengambilan barang (bahkan sudah terlibat dalam 75 persen pesanan Amazon). Amazon mengklaim bahwa mereka menciptakan kategori pekerjaan baru, seperti monitor lantai robotik dan insinyur pemeliharaan di lokasi.
Perusahaan ini juga menyebutkan bahwa mereka menyediakan program pelatihan ulang bagi sebagian pekerja untuk beralih menjadi teknisi robot.
Di sisi lain, peralihan ini tidak akan sebanding secara jumlah. Tidak semua pekerja memiliki minat atau kemampuan menjadi mekanik robot, dan jumlah posisi teknisi tidak akan sebanyak pekerja gudang saat ini.
Hal ini memberikan gambaran, bahwasanya masa depan dunia kerja mungkin bukanlah distopia yang dipenuhi pengangguran massal atau utopia di mana manusia dan robot hidup berdampingan, tapi sesuatu yang lebih kompleks.
Data dari World Economic Forum menyebutkan bahwa 92 juta pekerjaan akan tergantikan oleh otomasi hingga 2030 dan disaat yang bersamaan akan ada 170 juta pekerjaan baru yang tercipta.
Yang mana otomasi penuh bisa jadi hanya terjadi di perusahaan besar seperti Amazon atau industri otomotif. Sementara itu, restoran, ritel, dan bisnis kecil kemungkinan masih akan mengandalkan manusia selama beberapa dekade ke depan.
Semua orang akan menjadi pengawas otomatisasi, seperti kasir yang kini mengawasi beberapa mesin self checkout. Pekerjaan masa depan mungkin beralih menjadi pengawas, operator, atau kolaborator robot, bukan digantikan sepenuhnya.
Hal yang perlu diingat, bahwasanya teknologi “Just Walk Out” milik Amazon yang digadang-gadang akan merevolusi ritel tanpa kasir ternyata masih mengandalkan pekerja manusia di India untuk meninjau rekaman video. Bahkan Amazon sendiri kini mulai mengurangi penggunaan teknologi tersebut.
Jadi, apakah masa depan ini akan inklusif dan adil bagi semua, atau hanya menguntungkan segelintir orang terlatih? Hal ini akan sangat bergantung pada seberapa serius perusahaan dan pemerintah berinvestasi pada pendidikan, akses keterampilan, dan martabat bagi para pekerja yang terdampak.(*)