Jepang Pertimbangkan Larangan Gambar AI Bergaya Studio Ghibli: Antara Kreativitas dan Hak Cipta

Hasil gambar bergaya Studio Ghibli
Sumber :
  • X - Dexerto

VIVATechno – Baru-baru ini, media sosial dibanjiri oleh gambar-gambar yang menampilkan gaya khas Studio Ghibli, namun dengan konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan seperti ChatGPT.

LG Smart TV Ini Bisa Kasih Rekomendasi Film Sesuai Selera Kamu

Fenomena ini dikenal dengan sebutan Ghiblifikasi, telah menarik perhatian publik dan memicu diskusi serius di kalangan legislator Jepang mengenai implikasi hukum dan etika dari penggunaan gaya seni yang dilindungi hak cipta oleh AI. Berikut penjelasasan yang telah dirangkum dari laman Dexerto.

 

Asus Zenbook A14 (UX3407), Laptop Copilot+ PC Teringan 2025 dengan Baterai Irit

Latar Belakang Tren Ghiblifikasi

Gambar-gambar AI yang meniru gaya Studio Ghibli menjadi viral, dengan pengguna mengunggah berbagai kreasi yang menyerupai karya-karya terkenal seperti Spirited Away dan My Neighbor Totoro. Meskipun menarik, tren ini menimbulkan pertanyaan tentang pelanggaran hak cipta dan penggunaan tanpa izin dari gaya seni yang telah menjadi bagian dari identitas budaya Jepang.

Asus Rilis Vivobook S14 (S3407QA), Laptop Copilot+ PC Tipis, Ringan, Baterai Tahan Lama untuk Produktivitas AI!

 

Diskusi Hukum di Parlemen Jepang

Dalam sebuah sesi komite pemerintah, anggota Partai Demokrat Konstitusional, Masato Imai, mengangkat isu ini kepada Hirohiko Nakahar. Imai bertanya apakah 'Ghiblifikasi' dapat dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. Nakahara menjelaskan bahwa meskipun gaya atau ide tidak dilindungi oleh hak cipta, jika konten yang dihasilkan AI sangat mirip atau bergantung pada karya yang sudah ada, maka bisa dianggap sebagai pelanggaran.

 

Tantangan dalam Menentukan Batasan

Menentukan apa yang termasuk dalam gaya Ghibli bukanlah hal yang mudah. Studio Ghibli telah melibatkan berbagai desainer karakter, sehingga gaya mereka merupakan hasil kolaborasi yang kompleks. Hal ini menyulitkan dalam menetapkan batasan hukum yang jelas mengenai apa yang dianggap sebagai pelanggarn.

 

Reaksi dari Hayao Miyazaki dan Komunitas Seni

Hayao Miyazaki, pendiri Studio Ghibli, telah lama menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap seni yang dihasilkan oleh AI. Ia menyebut gambar-gambar tersebut sebagai penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri. Seniman lain, seperti Karla Ortiz, juga mengkritik tren ini, menyebutnya sebagai eksploitasi terhadap karya asli dan memperingatkan tentang potensi penyalahgunaan.

 

Status Hukum Saat Ini dan Implikasi Komersil

Saat ini, pemerintah Jepang belum mengambil tindakan hukum untuk melarang gambar AI bergaya Ghibli. Namun, para ahli memperingatkan bahwa menjual atau mengomersialkan gambar-gambar tersebut dapat menimbulkan risiko hukum, meskipun berbagi atau membuatnya untuk penggunaan pribadi masih berada dalam area abu-abu.

 

Berangkat dari perdebatan di Jepang mengenai legalitas gambar AI bergaya Studio Ghibli ini, membuktikan tantangan yang lebih luas dalam menghadapi kemajuan teknologi dan perlindungan hak cipta.(*)