Nasib 170 Juta Pengguna TikTok AS di Tangan Trump Usai Pelantikan

Nasib TikTok AS di Tangan Trump Usai Pelantikan
Sumber :
  • id.pinterest.com

VIVATechno – Presiden Amerika Serikat yang baru dilantik, Donald Trump, mengambil alih kendali atas keputusan nasib aplikasi TikTok di Amerika Serikat pada Senin, 20 Januari 2025, menyusul putusan Mahkamah Agung yang memerintahkan penghentian operasional aplikasi tersebut.

Xiaomi Siapkan Pembaruan Besar dengan HyperOS 3.0: Fitur Baru dan Peningkatan Kinerja

Keputusan ini muncul setelah Mahkamah Agung pada Jumat lalu menyatakan bahwa undang-undang yang mengharuskan penjualan TikTok tidak melanggar hak kebebasan berbicara.

Melalui platform Truth Social miliknya, Trump menyampaikan bahwa ia membutuhkan waktu untuk mengevaluasi situasi sebelum mengambil keputusan final.

Vivo V50 Siap Hadir di Indonesia dengan Desain Premium dan Keunggulan Ergonomis

Kongres AS sebelumnya telah mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Terhadap Aplikasi yang Dikendalikan Oleh Musuh Asing pada April 2024, yang mewajibkan ByteDance untuk melepaskan kepemilikan TikTok.

Sebagai dampak langsung dari kebijakan tersebut, TikTok kini telah dihapus dari App Store Apple dan Google Play Store, meskipun ByteDance memilih untuk menentang kebijakan ini.

Bahaya Menggunakan Social Spy WhatsApp: Jangan Tergiur!

Permasalahan ini bermula sejak 2020, ketika Trump pertama kali mengusulkan larangan TikTok selama masa kepresidenannya yang pertama.

Saat ini, lebih dari 170 juta pengguna TikTok di Amerika Serikat menghadapi ketidakpastian tentang masa depan platform media sosial favoritnya.

CEO TikTok, Shou Chew, menyatakan apresiasinya terhadap kesediaan Trump untuk mempertimbangkan berbagai opsi penyelesaian masalah ini.

Menariknya, selama kampanye kepresidenan 2024, Trump sendiri memanfaatkan TikTok sebagai media promosi kampanyenya.

Namun, Trump menegaskan bahwa keputusan Mahkamah Agung harus dihormati, meskipun ia memiliki wewenang untuk membatalkan larangan tersebut.

Para pembuat konten dan pelaku bisnis yang mengandalkan TikTok untuk pemasaran kini menghadapi ancaman kehilangan platform utama mereka.

Selain masalah akses, pengguna TikTok juga berpotensi menghadapi risiko keamanan siber akibat tidak adanya pembaruan aplikasi.

Meskipun harapan masih ada di kalangan penggemar TikTok, keputusan akhir Trump akan menentukan nasib aplikasi yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan digital masyarakat Amerika.

Sementara itu, ByteDance masih memiliki kesempatan untuk menjual TikTok kepada perusahaan Amerika sebelum larangan total diberlakukan.

Situasi ini menjadi ujian pertama bagi kepemimpinan Trump dalam periode kepresidenannya yang baru, terutama dalam menangani isu teknologi dan keamanan nasional.****