Bingung Mau Beli Mobil Hybrid atau Listrik? Ketahui Perbadingannya Agar Tidak Menyesal
VIVATechno – Mobil listrik adalah mobil yang mengusung mobil nan ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar yang bersumber dari fosil hewan dan tumbuhan yang mana sulit didapat setelah ratusan tahun menunggu. Disisi lain, produksi ini dibenturkan dengan kebiasaan manusia sehari-hari sehingga butuh adaptasi tinggi untuk menggunakan produk ini.
Sejauh ini, dorongan global menuju kendaraan listrik penuh (Electric Vehicle/EV) terus berlangsung. Tren di Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih mobil hybrid ketimbang EV murni. Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia yakni Gaikindo mencatat bahwa sepanjang tahun 2024, penjualan mobil hybrid di Indonesia mencapai 59.903 unit, sementara penjualan mobil listrik murni (Battery Electric Vehicle/BEV) hanya sebesar 43.188 unit.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan apa alasan utama masyarakat Indonesia lebih memilih mobil hybrid dibanding EV murni. JIka Anda menjadi bingung untuk memutuskan membeli mobil Hybrid atau EV, ketahui terlebih dahulu empat alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi?
1. Infrastruktur Pengisian EV yang Belum Merata
Salah satu tantangan utama dalam adopsi mobil listrik di Indonesia adalah keterbatasan infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Bersumber dari Kementerian ESDM www.esdm.go.id, hingga akhir 2024, jumlah SPKLU di seluruh Indonesia baru mencapai sekitar 1.300 unit, dengan konsentrasi terbesar di Jabodetabek. Sebaliknya, mobil hybrid tidak memerlukan infrastruktur khusus karena tetap dapat menggunakan bahan bakar konvensional sambil menghemat energi lewat sistem regeneratif.
2. Harga dan Insentif yang Lebih Menarik
Mobil hybrid saat ini ditawarkan dalam berbagai segmen harga, termasuk menengah, dan banyak pabrikan menawarkan promo menarik. Berdasarkan rilisan Kementerian Keuangan RI, Pemerintah Indonesia juga memberikan insentif pajak seperti pembebasan atau pengurangan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk kendaraan hybrid. Sementara itu, meskipun EV juga mendapatkan insentif, harga jualnya masih relatif tinggi dan biaya baterai menjadi komponen terbesar dalam struktur harga.
3. Kekhawatiran terhadap Daya Tahan Baterai
Masyarakat Indonesia masih memiliki kekhawatiran terhadap umur pakai dan biaya penggantian baterai EV yang mahal. Menurut survei dari McKinsey & Company tahun 2023, bahwasanya lebih dari 60% konsumen di Asia Tenggara menyatakan kekhawatiran terkait keandalan baterai dan biaya pemeliharaan kendaraan listrik. Mobil hybrid, yang menggunakan baterai lebih kecil dan tidak sepenuhnya bergantung pada tenaga listrik, dianggap sebagai solusi transisi yang lebih aman dan terjangkau.
4. Fleksibilitas untuk Perjalanan Jarak Jauh
Di negara kepulauan seperti Indonesia, perjalanan antarkota atau bahkan antarprovinsi masih menjadi kebutuhan umum. Mobil hybrid memberikan fleksibilitas lebih tinggi karena tidak bergantung pada titik pengisian listrik dan tetap dapat mengisi bahan bakar di SPBU manapun.
Walaupun Indonesia terus mendorong percepatan penggunaan EV melalui regulasi dan insentif, mobil hybrid saat ini tetap menjadi pilihan paling rasional bagi mayoritas konsumen, terutama karena infrastrukturnya lebih siap dan harga lebih kompetitif. Namun, dalam jangka panjang, arah kebijakan tetap akan menuju elektrifikasi penuh, menjadikan hybrid sebagai jembatan penting menuju masa depan mobilitas rendah emisi.(*)