Merger Honda dan Nissan: Jawaban terhadap Persaingan Pasar Otomotif Global yang Mengganas

Marger Nisan Dan Honda
Sumber :
  • Kolase Tangkap Layar Id.pinterest.com

VIVATechno – Industri otomotif global sedang mengalami perubahan dramatis seiring bangkitnya produsen mobil China yang memaksa perusahaan-perusahaan otomotif tradisional untuk mengevaluasi ulang strategi bisnis mereka.

Honda Vario 125 2025 Telah Hadir, Dilengkapi Fitur Smart Key dan Charger Handphone

Fenomena ini terlihat dari rencana merger antara dua raksasa otomotif Jepang, Honda dan Nissan, sebagai respons terhadap persaingan yang semakin ketat.

Pasar otomotif dunia mengalami guncangan signifikan dengan General Motors mencatatkan kerugian non-tunai sebesar Rp 80 triliun.

Selisih Harga Tujuh Juta Rupiah PCX CBS dan Roadsync, Ini Perbedaan Fiturnya

Sementara Volkswagen mempertimbangkan penutupan pabrik dan pengurangan ribuan karyawan akibat menurunnya pangsa pasar di China.

 

Daftar Lima Pameran Otomotif 2025, Bakal Hadirkan Teknologi Canggih dan Peluncuran Produk Baru

Nissan

Photo :
  • id.pinterest.com

 

Perubahan ini mencerminkan transformasi fundamental dalam lanskap industri otomotif global.

Dominasi China dalam pasar kendaraan listrik menjadi katalis utama perubahan ini.

Lebih dari 50% mobil baru yang terjual di China merupakan kendaraan listrik atau hybrid, dengan 60% pembeli memilih merek lokal.

Ekspor mobil penumpang China melonjak lima kali lipat antara 2020 dan 2023, mencapai 4,1 juta unit.

BYD, produsen mobil terkemuka China, telah mengambil langkah agresif dengan menawarkan kendaraan berteknologi tinggi dengan harga kompetitif dan berekspansi ke pasar global melalui investasi di Thailand, Hongaria, dan Brasil.

 

Honda

Photo :
  • id.pinterest.com

 

Strategi ini mengancam dominasi tradisional produsen mobil Jepang, AS, dan Eropa.

Rencana merger Honda-Nissan mencerminkan upaya adaptasi terhadap perubahan ini.

Meskipun kombinasi kedua perusahaan berpotensi menciptakan produsen mobil terbesar ketiga di dunia, mereka menghadapi tantangan serius.

Penjualan kedua perusahaan di China telah menurun drastis hingga setengah dari level lima tahun lalu.

Volkswagen merespons dengan strategi restrukturisasi, termasuk peningkatan penggunaan komponen lokal China untuk mengoptimalkan biaya dan waktu pengembangan.

Sementara itu, Nissan telah mengumumkan pengurangan 9.000 pekerja dan penurunan kapasitas produksi global sebesar 20%.

Transformasi ini menandai pergeseran fundamental dalam industri otomotif global, dengan China memimpin revolusi kendaraan listrik dan teknologi otomotif terkini.

Perusahaan-perusahaan tradisional kini harus beradaptasi atau berisiko kehilangan relevansi dalam lanskap otomotif yang berubah dengan cepat.****