Doom Spending: Kebiasaan Belanja Sebagai Pelarian yang Bikin Masyarakat Terjebak Pinjaman Online

Doom Spending
Sumber :
  • Pinterest

VIVATechno – Di tengah tekanan ekonomi dan mental yang makin kompleks, belanja sering dijadikan pelarian untuk meredakan stres. Fenomena ini kini punya nama yakni doom spending.

Elektronik Dapur Mana yang Paling Cocok untuk Gen Z dan Milenial? Kuis Ini Kasih Jawabannya!

Tren yang awalnya terlihat sepele justru berisiko besar mengacaukan keuangan, khususnya bagi generasi muda. Berbelanja demi hiburan sesekali memang wajar.

Namun, ketika hal itu menjadi respons spontan terhadap stres atau kekhawatiran masa depan, doom spending bisa menjadi kebiasaan yang merugikan.

7 Gadget Rumah Tangga Anti Mager yang Bikin Hidup Lebih Praktis

Fenomena doom spending menggambarkan perilaku belanja impulsif yang dipicu oleh stres, kecemasan, atau ketidakpastian masa depan. Istilah ini mengacu pada kebiasaan mengalihkan ketakutan terhadap kiamat finansial dengan belanja demi kesenangan sesaat.

Menurut laporan Forbes, doom spending terjadi ketika seseorang merasa kehilangan kendali atas masa depan sehingga memilih untuk menikmati apa yang bisa dilakukan saat ini, termasuk belanja tanpa perencanaan.

Hati-Hati Cicilan Gadget! Begini Tips Belanja Aman dan Tanpa Bunga

Tren ini meningkat pesat di kalangan Milenial dan Generasi Z pasca-pandemi. Data dari Psychology Finance menyebutkan, sebanyak 73 persen Gen Z dan 77 persen Milenial mengakui belanja impulsif di tengah tekanan finansial. Belanja daring, diskon besar-besaran, dan budaya healing kerap menjadi pemicunya.

Psikolog klinis Erna Kusuma mengatakan, “Perilaku doom spending seringkali tidak disadari. Belanja menjadi cara untuk menghindari rasa tidak nyaman, tetapi pada akhirnya justru memperburuk kecemasan karena timbul masalah finansial," ujarnya.

Dampaknya bisa serius, dari utang kartu kredit menumpuk, tabungan menipis, hingga krisis keuangan pribadi. Tanpa kontrol, doom spending juga bisa memengaruhi kesehatan mental dan hubungan sosial.

Doom spending bukan sekadar gaya hidup konsumtif, tapi bisa menjadi lingkaran setan antara stres dan pengeluaran. Generasi muda perlu lebih sadar akan dampak jangka panjangnya, serta mulai belajar mengelola emosi dan keuangan secara bijak.(*)