Doom Spending: Kebiasaan Belanja Sebagai Pelarian yang Bikin Masyarakat Terjebak Pinjaman Online
VIVATechno – Di tengah tekanan ekonomi dan mental yang makin kompleks, belanja sering dijadikan pelarian untuk meredakan stres. Fenomena ini kini punya nama yakni doom spending.
Tren yang awalnya terlihat sepele justru berisiko besar mengacaukan keuangan, khususnya bagi generasi muda. Berbelanja demi hiburan sesekali memang wajar.
Namun, ketika hal itu menjadi respons spontan terhadap stres atau kekhawatiran masa depan, doom spending bisa menjadi kebiasaan yang merugikan.
Fenomena doom spending menggambarkan perilaku belanja impulsif yang dipicu oleh stres, kecemasan, atau ketidakpastian masa depan. Istilah ini mengacu pada kebiasaan mengalihkan ketakutan terhadap kiamat finansial dengan belanja demi kesenangan sesaat.
Menurut laporan Forbes, doom spending terjadi ketika seseorang merasa kehilangan kendali atas masa depan sehingga memilih untuk menikmati apa yang bisa dilakukan saat ini, termasuk belanja tanpa perencanaan.
Tren ini meningkat pesat di kalangan Milenial dan Generasi Z pasca-pandemi. Data dari Psychology Finance menyebutkan, sebanyak 73 persen Gen Z dan 77 persen Milenial mengakui belanja impulsif di tengah tekanan finansial. Belanja daring, diskon besar-besaran, dan budaya healing kerap menjadi pemicunya.
Psikolog klinis Erna Kusuma mengatakan, “Perilaku doom spending seringkali tidak disadari. Belanja menjadi cara untuk menghindari rasa tidak nyaman, tetapi pada akhirnya justru memperburuk kecemasan karena timbul masalah finansial," ujarnya.