TikTok Didominasi Pengguna Berpendidikan Rendah? Ini Dampak Seriusnya Bagi Indonesia

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pendidikan berkorelasi kuat dengan kemampuan pengendalian emosi. “Semakin tinggi pendidikan, semakin kalem. Semakin rendah, emosinya gampang meledak,” katanya.
Itulah sebabnya platform seperti TikTok sangat mudah digunakan sebagai alat propaganda, karena memainkan emosi jauh lebih mudah ketimbang logika.
“Platform ini bisa jadi mesin propaganda pencipta presiden dunia the real kini,” tegasnya. Ia menyebut strategi divide et impera sangat mudah dijalankan di platform yang didominasi pengguna tidak kritis. “Semakin bodoh, semakin mudah dimanipulasi.”
Raymond mengaku telah uninstal aplikasi TikTok dari ponselnya. Namun ada massa akun TikTok dipenuhi konten edukatif. Ia menyayangkan bahwa saat ini konten TikTok kembali didominasi oleh hal-hal dangkal, padahal sempat membaik di masa awal dengan konten edukasi dan hiburan sehat.
Yang lebih mengkhawatirkan, menurutnya, adalah dampak psikologis dan kognitif dari penggunaan TikTok jangka panjang.
Ia menyebut sebuah riset yang menunjukkan 60–70 persen remaja yang sering menggunakan TikTok mengalami stres, gangguan kecemasan, serta penurunan kemampuan fokus dan berpikir kritis.
“Kecanduan TikTok bisa berdampak buruk pada kemampuan kognitif, apalagi kalau kontennya cuma hiburan murahan,” katanya.