Beli LCGC Baru atau Mobil Bekas Non-LCGC? Ini Jawaban Objektifnya!

- YouTube
VIVATechno – Saat kebutuhan akan kendaraan pribadi meningkat, banyak keluarga muda dihadapkan pada dua pilihan membeli mobil baru jenis LCGC atau memilih mobil bekas non-LCGC dengan harga setara.
Pertanyaannya, mana yang lebih layak dibeli? Pilihan ini tak hanya soal harga beli. Fitur, kenyamanan, biaya perawatan, hingga nilai jual kembali harus jadi bahan pertimbangan sebelum memutuskan.
Video dari kanal YouTube Fuse Box memaparkan komparasi menyeluruh antara keduanya. Berikut perbandingan yang telah kami rangkum:
1. Harga dan Fitur Awal
Mobil LCGC seperti Daihatsu Ayla (Rp137 juta), Honda Brio (Rp170 juta), atau Toyota Calya (Rp140 jutaan) memang tampak menggoda karena statusnya yang baru.
Namun, fitur yang ditawarkan masih tergolong minim seperti kabin kedap suara buruk, AC biasa, dan unit hiburan seadanya.
Sebaliknya, dengan harga yang sama, konsumen bisa mendapatkan mobil bekas berkualitas seperti Honda Jazz GE8 (2012-2013), Yaris Lele (2014), bahkan Jazz GK5 (2015-2017) yang jelas lebih unggul dalam desain, kenyamanan, dan teknologi.
2. Kenyamanan dan Usia Kendaraan
Mobil non-LCGC jelas lebih nyaman. Namun, usia rata-rata mobil bekas ini sekitar 8–10 tahun, artinya ada risiko penggantian komponen seperti kaki-kaki, oli, atau sistem kelistrikan.
Menurut Fuse Box, pembeli mobil bekas perlu menyiapkan dana tambahan sekitar Rp10 juta untuk proses rejuvenasi awal.
3. Biaya Perawatan dan Konsumsi BBM
LCGC menang telak dalam biaya servis dan harga suku cadang yang relatif murah dan mudah ditemukan. Perawatan mobil bekas non-LCGC cenderung lebih mahal hingga 30 persen dari LCGC.
Namun, jika hanya mengganti oli dan filter secara rutin, biayanya bisa serupa. Untuk konsumsi BBM, LCGC sedikit lebih unggul karena mengusung mesin kecil.
Tapi selisihnya tak signifikan. Contohnya, Honda Brio mencatat konsumsi 1:15 km/liter, sedangkan Jazz GK5 hanya terpaut 1–2 km/liter lebih boros.
4. Nilai Jual Kembali
LCGC mengalami depresiasi harga cukup cepat. Contohnya, Toyota Calya 2022 kini hanya dihargai sekitar Rp120 jutaan.
Sebaliknya, mobil seperti Xpander 2018 atau Jazz GK5 tetap stabil di angka Rp150 jutaan. Ini membuktikan bahwa mobil bekas non-LCGC memiliki resell value yang lebih baik.
5. Risiko dan Pertimbangan Lain
Mobil bekas keluaran sebelum 2010 memang nyaman, namun seringkali sudah melalui banyak peremajaan.
Risiko manipulasi komponen seperti sistem kelistrikan bisa berujung fatal jika tidak dipahami.
Untuk itu, pemahaman teknis jadi syarat utama sebelum membeli. Karena memilih mobil bukan soal baru atau bekas, tapi soal prioritas.
Seperti disimpulkan Fuse Box, "Mobil bekas bisa jadi pilihan cerdas, asal tahu risikonya," sarannya.
Jadi, jika kamu mencari kendaraan irit, murah perawatan, dan minim repot, LCGC adalah jawaban. Namun, jika kenyamanan, fitur lengkap, dan harga jual kembali yang stabil jadi prioritas, mobil bekas non-LCGC jelas lebih unggul.(*)